Hendra Gunawan dan Unsur Rupa Tradisional
Posted by adhisuryo on Februari 8, 2015 · Tinggalkan sebuah Komentar
Jum’at 31 Mei 2013 Ada daya tarik yang demikian besar terhadap karya-karya maestro Indonesia. Baik segi artistik maupun latar belakang sejarah telah menjadikan karya-karya old master begitu mempesona. Hal yang perlu dipertanyakan adalah; Dimana pentingnya karya seorang maestro bagi seni rupa Indonesia? Sudah cukup banyak yang memperkenalkan kisah hidup Hendra Gunawan sebagai seorang seniman … Baca lebih lanjut →
Disimpan dalam Celoteh · Tagged with Affandi, Agus Dermawan T, agus djatnika, Antri Mandi(1970), Astri Wright, Bagong Kussudiardja, bagong kusudiarjo, bahasa rupa tradisional, bali, barli, batik, Belajar Melukis(1948), brorobudur, budaya lokal, Bunga Muara(1979), denpasar, Dua Wanita sedang Makan(1971), estetis, Gauguin, gerak gerak seni rupa, ggsr, Giorgi Gisekan, Hendra Gunawan, isen, Jakarta, jawa, jawa barat, jogjakarta, Jual Beli(1948), Kandinsky, karya, Kebon Waru, keindonesiaan, Keluarga Nelayan(1975), Kritikus, Laskar(1947), lukis, lukisan, lukisan klenteng, maestro lukis, maestro seni, Mencuci(1960), Mochtar Kusumaatmadja, momen opname, naturalis-perspektif, ngiseni, Nuraini, Panen Padi I(1974), pelukis, pelukis front (1945), Pengantin Revolusi(1955), penggayaan, penjara Kebon Waru, perjalanan, Picasso, Pohon Beringin(1964), Popo Iskandar, Potret Seorang Prajurit(1950), prambanan, primadi tabrani, Prof. Dr Mochtar Kusumaatmadja, Prof. Dr. Primadi Tabrani, Pulang Mancing(1960), purwakarta, relief candi, rumah sakit sanglah, S. Sudjojono, Samkok, sejarah, seni, seni lukis yang modern, seni rupa Indonesia, seniman, seniman Indonesia, stilasi, Sudarso, sudjojono, sunda, Suwiryo(1979), Unsur Rupa Tradisional, Urbanite(1980), wahdi, Wanita(1970), wayang golek